Minggu, 14 Agustus 2011


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya perikanan (fishery resources ataupun aquatic living resources), dalam konteks keanekaragaman hayati, meliputi semua organisme (biota) yang hidup di perairan tawar maupun perairan laut. Keanekaragaman hayati yang besar dalam bidang perikanan menyebabkan komoditas yang dapat dikembangkan juga beragam, misalnya ikan air tawar sebagai ikan hias.
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang menarik perhatian adalah ikan arwana dikarenakan ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang khas, dilengkapi dengan sungut pada mulutnya dan sisik yang besar dengan susunannya yang harmonis, membuat keindahan dari ikan ini sangat menonjol. Ikan ini berenang dengan tenang sehingga jika diletakkan dalam akuarium akan membuatnya benar-benar terlihat sebagai ikan yang anggun.
Permintaan konsumen untuk ikan arwana cukup tinggi namun ketersediaan di alam terbatas. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha untuk dapat terus menjaga kelestarian sekaligus memenuhi permintaan konsumen akan ikan tersebut, yaitu dengan melakukan usaha budidaya. Salah satu arwana yang dibudidayakan adalah jenis arwana silver (Osteoglossum bichirrosum) karena mudah dalam perawatannya.
Arwana silver berasal dari Brazil, umumnya banyak di temukan di sungai Amazon, Amerika Selatan. Bentuk badannya memanjang dengan potongan melintang sangat pipih ke samping.  Jika diperhatikan, bagian depan tubuhnya lebih lebar dibandingkan dengan bagian belakangnya.  Dengan kata lain, tubuhnya meruncing ke belakang menyerupai naga dan berwarna keperakan. Karena itu, banyak orang menjuluki arwana ini ’arwana Naga Perak’.  Satu hal yang berbeda dari arwana ini, yakni memiliki sirip anus yang panjngnya hampir setengah panjang badannya dan tampak menyatu dengan sirip ekor. Warna tubuh yang keperakan tampak indah mengkilap ketika diterpa cahaya matahari atau lampu akuarium. Saat masih kecil, warna sisik yang keperakan belum muncul, tetap yang terlihat warna kebiru-biruan. Warna dan bentuk tubuh arwana silver akan berubah seiring dengan bertanbahnya usia. Begitu dewasa, warnanya berubah  menjadi perak kehijauan yang merata di sekujur tubuh.  Demikian juga dengan bentuk tubuh, terlihat lebih ideal dan proporsinal.  Warna sirip punggung, sirip bawah, dan sirip ekor arwana silver merupakan kombinasi dua warna,yakni merah muda dan hijai toska.
Menurut Harianto dan Wibawa (2008), daya tarik arwana sebagai ikan hias terletak pada sosok tubuh dan warnanya yang terkesan gagah.  Tubuh arwana yang kekar dengan balutan sisik yang mengkilap tampak indah saat berenang di dalam akuarium.
Permintaan terhadap kebutuhan ikan arwana sebagian besar masih dipenuhi dari penangkapan di alam. Keadaan ini membuat arwana masuk dalam Data Book yang diterbitkan oleh International Union For Conservation Of Nature and Natural Resources (IUCN) pada tahun 1977 sebagai ikan yang terancam punah. Sejak itulah Indonesia mulai aktif dalam kegiatan perlindungan dan pengawasan perdagangan fauna langka, termasuk arwana. Sehubungan dengan hal ini pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertanian mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa arwana termasuk salah satu ikan yang dilindungi dari kepunahan.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Ttujuan penulisan tugas akhir ini yaitu untuk menguraikan teknik pembenihan Ikan Arwana Silver  di BRBIH Depok dengan cara terjun langsung di lapangan serta dapat membandingkan antara hasil yang didapatkan di lapangan dengan teori yang didapatkan sebelumnya.
Tugas akhir ini diharapkan dapat  menambah wawasan dan sebagai bahan informasi serta acuan dalam usaha pembenihan Ikan arwana silver.  Dimana kedepannya, pengetahuan yang didapatkan tersebut bisa dijadikan motivasi untuk melakukan usaha, agar nantinya dapat bermunculan wirausahawan yang terampil dan bergelut dalam usaha pembenihan ikan arwana silver.
 
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Taksonomi dan Morfologi
Tjakrawidjaja & Haryono 2011, Pouyaud et al. 2003), klasifikasi Arwana Silver adalah sebagai berikut :     
            Kingdom         : Animalia
            Filum               : Chordata
            Kelas               : Pisces       
            Ordo                : Malacopterygii
            Famili              : Osteoglossidae (Bonytongues)
            Genus              : Scleropages
            Spesies            : Osteoglossum bicirrhosum

Menurut Hartono dan Wibawa 2009, Arwana memiliki badan dan kepala yang agak padat. Bentuk tubuhnya pipih (compressed) dan memanjang.  Dapat dilihat pada (Gambar 1).  Panjang arwana dewasa sangat relatif, yakni 30-80 cm.  Punggungnya datar dan cenderung lurus dari mulut hingga sirip punggung. Terdapat gurat sisi yang terletak pada di kedua sisi, dengan komposisi tampak seimbang antar sisi kanan dan sisi kiri. Panjang gurat sisi mengikuti panjang tubuh.

Gambar 1.  Morfologi  Arwana Silver Brazil (Osteoglossum bicirrhosum).
Pada bagian insangnya dilengkapi dengan penutup ingsang, sementara bagian mulut lebar dengan rahang cukup kokoh. Bentuk mulutnya cenderung mengarah ke atas yang dilengkapi dengan gigi yang berjumlah 15-17 buah.  Pada mulutnya tedapat dua buah sungut yang berfungsi sebagai sensor dan alat peraba mangsa di air. Di dalam kontes arwana, bagian sungut ini masuk dalam kriteria penilaian.
Ikan ini dilengkapi lima buah sirip, yakni sirip dada (pectoral fin), sirip perut (pelvic fin), sirip anus (anal fin), sirip punggung (dorsal fin) dan sirip ekor (tail fin). Letak sirip punggung berdekatan bahkan kadang-kadang menempel dengan pangkal sirip ekor, sementara sirip anusnya lebih panjang dari pada sirip punggung, yakni hampir mencapai sirip perut. Sisiknya berukuran besar dan permukaannya mengkilap, bentuk sisinya berupa cycloid atau melingkar. Pada beberapa janis arwana terdapat ring atau tepian sisik. Warna sisik sangat variatif,  di antaranya perak, hitam, emas dan merah. Itu sebabnya banyak yang memberi nama jenis arwana berdasarkan warna sisiknya (Menurut Hartono dan Wibawa 2009).
2.2.  Karakteristik
Semua bagian tubuhnya, dari kumis (sugut) hingga ekor harus lengkap, selain itu postur tubuhnya bagus dan sempurna. Idelnya, panjang badan arwana adalah tiga kali lebar badannya. Berikut ini ciri-ciri fisik arwana berkualitas.
a.  Kumis (sungut)
Arwana yang baik adalah arwana yang memiliki kumis lengkap, yaitu berjumlah dua helai atau sepasang, panjangnya 1-1,5 cm, kodisinya tidak patah atau panjang sebelah. Selain itu, posisi sungutya harus tegak dan agak mengarah keatas, sebab arwana yang sakit atau tidak prima bisa dilihat dari sungutnya yang lurus, lemas, bahkan mengarah ke bawah.  Kondisi ini juga berlaku pada arwana dewasa.
Arwana yang sungutnya pendek dan ujungnya tumpul biasanya disebabkan oleh kepatahan pada sungutnya. Sungut yang patah pada bagian pangkal batangnya tidk bisa tumbuh kembali. Namun, jika patahnya hanya dibagian ujung, kemungkinan sungut tersebut masih bisa tumbuh. Itu sebabnya, banyak hobiis yang memotong sungut untuk mencapai kesejajaran antara sungut satu dengan yang lainnya.
c.  Mata
            Pada bagian mata ikan terlihat segar, cerah, bening dan bentuknya bulat sempurna, kelopak mata terbuka seluruhnya. Pada arwana dewasa, mata tidak turun (juling), tidak terlalu melotot, atau terlihat keluar dari kelopak mata.
d.       Mulut
            Mulut arwana terbilang lebar, rahangnya tampak kokoh dan bentukya mengarah keatas. Rahang bawahnya yang terlihat lebih panjang dari pada rahang atas membuat arwana tampak unik. Arwana yang baik harus bisa membuka dengan lebar dan menutup denga rata. Selain berpengruh pada keindahan, mulut yang sempurna juga berguna untuk mengunyah makanan.
e.       Bibir
Bibir arwana yang sempurna adalah bibir yang bagian atasnya dan bagian bawahnya simetris atau sejajar. Bibir yang tidak simetris dikenal dengan sebutan bibir cakil, yakni bibir yang bagian bawahnya lebih menonjol daripada bagin bibir atas. Kondisi ini mengurangi keindahan arwana.
f.       Tutup Insang
Tutup insang arwana umumnya, lebih memanjang ke belakang. Hal ini karena bagian belakang ingsang arwana dilengkapi dengan penutup insang, tutup insang yang baik adalah yang menutup sempurna. Karena itu, jangan memilih arwana yang bentuk insangnya tidak sempurna seperti melipat atau bergelombang.
g.      Sirip
            Sirip yang baik adalah siri yang bergerak sempurna sesuai fungsinya, jenis sirip pada ikan arwana adalah :
-          Sirip dada (pectoral fin)
-          Sirip perut (pelvic fin)
-          Sirip anus (anal fin)
-          Sirip punggung (dorsal fin)
-          Sirip ekor (tail fin)

h.      Dayung
Dayung (sirip dada) arwana memiliki panjang dan bentuk yang sempurna, saat berenang dayung akan semakin terbuka sempurna.
i.        Sisik
            Sisik merupakan selendang arwana, oleh karenanya sisik arwana haruslah rapi dan mulus, karena sisik arwana yang tidak mulus menandakan arwana pernah terjangkit parah.
j.        Gurat Sisi
            Gurat sisi berupa titik-titik yang berada di kedua sisi tubuh ikan dengan komposisi yang seimbang, arahnya mendatar tepat di bagian tubuh ikan. Pada anakan gurat sisi ini belum dapat terlihat dengan jelas. Gurat sisi menggambarkan kondisi ikan, pasalnya pada ikan dewasa yang sehat gurat sisi akan terlihat tetapi posisinya tertutup, sedangkan pada ikan dewasa yang sakit gurat sisinya akan sangat kentara dan berlubang (porinya membesar). Kondisi ini tidak baik karena dapat menjadi tempat masuknya kotoran dan tempat berkembangnya penyakit.      
k.      Anus (Vent)
            Anus terletak pada bagin bawah ikan, persisnya di antara sirip perut dan sirip anus, lubang ini memiliki fungsi yaitu sebagai lubang urine, lubng pembuangan kotoran dan lubang keluarnya telur.

2.3. Lingkungan
            Ikan Arwana Silver hidup pada daerah dengan iklim tropis dengan kisaran suhu 24-30˚C. Arwana silver terdapat di Amerika Selatan seperti di sungai Amazon, sungai Rupunini, bukan asli indonesia, Arwana Silver banyak dibudidayakan di Indonesia (Iskandar, 2004).
2.4. Kebiasaan Makan
            Pada fase-larva, ikan Arwana masih memiliki kuning telur yang menempel pada tubuhnya. Larva tidak memerlukan tambahan dari luar tubuh. Kuning telur yang menempel pada tubuh larva telah habis dan larva sudah mulai berenang. Memasuki fase pos-larva anakan arwana tersebut membutuhkan tambahan asupan makanan dari luar tubuh. Pembarian pakan dimulai satu minggu setelah cadangan makanan habis (Bachtiar,2003).
            Arwana merupakan ikan perenang atas ditunjukan dengan bentuk mulutnya. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja dan menolak jenis lainnya. Arwana di alam dapat menangkap serangga yang hinggap di ranting 1-2 meter dari permukaan air. Pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik. Pemberian pakan pada Arwana bisa dilakukan dengan berbagai cara. Secara umum dapat dikatakan untuk arwana dengan ukuran panjang tubuh diatas 35 cm pakan dapat diberikan sehari sekali atau dua hari sekali (Effendi,2004)
2.5. Pemeliharaan Induk
2.5.1. Calon Induk
            Ciri induk ikan Arwana Silver yang baik adalah ekor relative besar, menyerupai kipas dan tidak terdapat cacat atau rusak di pinggirnya akibar berkelahi. Sebaiknya dihindari memilih ikan arwana yang ekornya terdapat bintik-bintik putih yang menandakan ikan tersebut sudah cacat fisik atau terluka (Apin, 2003).
2.5.2. Manajemen Pakan
            Tidak ada patokan pasti mengenai frekuensi pemberian pakan arwana. Menurut seorang pecinta ikan hias, makin sering awana diberi makan akan lebih baik. Perkiraan pakan yang diberikan adalah antara 4-4 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan malam hari. Pemberian makan 2 kali sehari dianggap sudah cukup memadai. Arwana hanya mau menerima makanan sekali maka jumlah makanan sebaiknya dapat dibagi 3 atau 4 bagian. Cara ini kelihatan konvensial tetapi terbukti bias menolong kita agar tidak makanan setiap kali member makanan pada arwana (Heru, 2004).
2.5.3 Manajemen Kualitas Air
            Sumber air pemeliharaan arwana harus air bersih, belum tercemar dengan limbah pabrik maupun limbah industry lainnya. Sumber air yang utama dari mata air dan sungai. Air yang berasal dari mata air biasanya steril dan belum mengandung bahan organik. Sedangkan air yang berasal dari sungai umumnya kaya akan bahan organik. Seringkali mengandung limbah pabrik. Parameter kualitas air yang seringkali disyaratkan untuk budidaya ikan arwana, Suhu 25-30˚C, pH 6,0-7,0, DO 6,18, Amoniak lebih dari 5 ppm (Daelami, 2001).
2.6. Pemijahan
2.6.1 Ciri-ciri induk matang gonad
            Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-65 cm. Ciri dari induk yang matang gonad yaitu berat badan bertambah dari berat sebelumnya, bagian perut bawah membesar dan gerak tubuhnya lambat. Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya Juli dan Desember (Apin, 2004).
2.6.2. Pemijahan
            Kolam Pemijahan untuk arwana umumnya cukup luas, sesuai dengan induk yang berukuran besar.  Pematang terbuat dari tanah biasa untuk menghindari cedera pada induk arwana. Bila tanah berpasir sebaiknya pematang dibangun dari susunan kantung-kantung bekas pakan ternak yang diisi dengan tanh liat. Selanjutnya, kantung-kantung ini setelah beberapa hari akan tumbuh sejenis daun-daunan seperti di habitat aslinya. Kolam tanah juga menguntungkan karena fluktuasi suhu siang dan malam relative kecil. Sebaiknya kolam bias dilalui air masuk dan keluar dengan normal, minimal air dapat mengalir masuk tanpa bantuan pompa (Suwandi, 2006).

2.7 Perawatan Larva
2.7.1 Perawatan telur
            Larva yang sudah dipanen kemudian diaklimatisasi dengan cara membuka kantog plastik dan dibiarkan larva keluar dengan sendirinya. Selanjutnya diberi larutan antibiotik untuk pengobatan apabila terdapat luka pada tubuh larva akibat proses pemanenan. Larva tidak diberi pakan sampai kuing telurnya habis. Kuning telur akan habis kurang lebih 1,5 bulan yang dihitung dari masa pembuahan. Pergantian air akuarium sebanyak 35% dilakukan setiap hari. Suhu pada akuarium larva juga di control setiap hari, jika suhu terlalu dingin akuarium dipasang heater agar suhu tetap stabil (Momon, 2005).
2.7.2 Penetasan
            Telur yang dihasilkan oleh Induk Arwana dari masa pembuahan yang masih berada di dasar kolam akan diambil oleh induk arwana jantan dan kemudian dierami dalam mulutnya. Masa pengeraman telur berlangsung kurang lebih selama 35-40 hari dihitung dari masa pembuahan (Susanto, 2004).
2.7.3 Manajemen Pakan
            Usus anakan Arwana biasanya menyerap kuning telur sejak menetas, oleh karena itu sebaiknya diberi makanan kuning telur ayam atau bebek yang telah diemulsi yang diberikan selama satu minggu. Campuran air dan kuning telur tersebut diberikan ke anakan ikan arwana sebanyak 5 kali sehari. Anakan iakan arwana dapat diberikan pakan hidup yang jinak dan ukurannya harus lebih kecil dari ukuran mulut arwana. Pakan yang diberikan untuk satu anakan ikan arwana adalah 2 ekor kecoa yang masih berbentuk larva dan udang hidup (Bachtiar, 2005).
2.7.4 Pengolahan kualitas air larva
            Air yang diisikan kedalam akuarium arwana bias dipilih antara air tanah dan air PAM, yang tidak mengandung minyak atau bahan cair lainnya. Karena tidak semua air tanah terbebas dari cairan beerbahaya, terutama di beberapa daerah yang sudah tercemar.  Setelah diisi sampai 5 cm di bawah bibir akuarium, air tanah tersebut didiamkan selama 24 jam agar gas-gas berbahaya atau mematikan dapat hilang. Untuk mempercepat proses pelepasan gas-gas berbahaya di dalam akuarium, air akuarium bias di aerasi atau di filter. Parameter kualitas air untuk pemeliharaan larva, suhu 26-28 ˚C, pH 6-7, DO 5,25-5,30 ppm dan amoniak kurang lebih 3 ppm (Iskandar, 2003).
2.8 Pemanenan
            Mengetahui saat panen yang tepat pada induk memang sedikit sulit. Induk arwana yang ada di dalam kolam ebaiknya diperhatikan dan dikontrol secara rutin sehingga keadaan induk dapat diketahui jika sedang mengerami. Kondisi larva pada waktu pemanenan masi berada dalam fase pro-larva mai terdapat kuning telur. Waktu panen yang dipercepat juga memiliki resiko kegagalan karena kondisi larva yang masih sangat rentan. Pemanenan yang terlalu lamajuga tidak baik, karena jika induk arwana akan memakan anak-anaknya sendiri (kanibal), (Suharjo, 2003).
2.9 Pengendalian Penyakit
            Prinsip penanganan dan pengobatan penyakit ini sebenarnya sederhana saja. Bila mengetahui arwana terserang parasit, harus diketahui bahwa parasit itu bukan hanya menempel dan menggerogoti tubuh arwana. Parasit ini juga menyebar pada pelosok air dan peralatan. Kegagalan menobati arwana sering dikernakan adanya pencemaran dalam akuarium. Mungkin kita hanya mengobati ikan dengan sekedar meneteskan obat ke dalam akuarium, tanpa berusaha membersihkan atau mengganti air akuarium. Mungkin obat dan dosisnya telah tepat tetapi tanpa menganti air yang juga sudah tercemar maka tidak menutup kemungkinan ikan dapat terserang kembali ( Lesmana, 2007).

III.  METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
            Pada tanggal 14 agustus 2011 dilab. kolam percontohan DKP
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1.      Data primer diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti kegiatan pemeliharaan ikan arwana secara langsung serta ikut berperan aktif di lapangan.
2.      Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan.
3.3. Materi dan Metode Kerja
3.3.1.        Alat dan Bahan
3.3.1.1 Wadah
            Wadah pemeliharaan yang digunaka
\{n untuk kegiatan pembenihan ikan hias arwana Silver Brazil (Osteoglossum biccirhosum) di BRBIH Depok adalah kolam induk yang terbuat dari beton dan akuarium yang di gunakan sebagai wadah pemeliharaan induk dan benih ikan.  Untuk kolam beton memiliki ukuran 2 x 2,5 x 1,1 M, dan wadah untuk induk yang berada pada akuarium berukuran 200 x 75 x 78 cm, sedangkan untuk wadah pemeliharaan larva dan benih ikan berupa akuarium yang berukuran 80 x 40 x 40 cm.  Pada bak pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran pemasukan berupa pipa PVC berdiameter 2 inchi yang menyalurkan air dari sumber air ke bak pemeliharaan dan di lengkapi dengan kran air yang berbahan dasar plastik yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya debit air yang masuk kedalam bak pemeliharaan. 
3.3.1.2 Induk Ikan Arwana
            Induk yang digunakan pada pembenihan ikan arwana silver Brazil ini merupakan indukan yang suda berusia 7-8 tahun yang berjumlah 9 ekor dengan perbandingan 4 jantan dan 5 betina.  Ukuran  induk betina yang dipakai rata-rata berukuran 62 cm dengan berat rata-rata 1445 gr.  Sedangkan untuk induk jantan memiliki panjang rata-rata 61 cm dan berat 1350 gr/ekor.
3.3.1.3 Air
            Air yang digunakan untuk pembenihan ikan hias arwana silver di BRBIH Depok ini bersumber dari waduk dan sumur yang berada di dekat lokasi pembenihan.  Air yang sudah tersedia di pompa masuk kedalam bak penampungan yang kemudian di gunakan sebagai air media pemeliharaan   ikan.


3.3.1.4 Pakan
            Pakan yang digunakan untuk pemelihharaan ikan arwana yaitu kodok, cumi-cumi, dan ikan selar yang diberikan pada induk ikan, sedangkan untuk larva dan benih ikan arwana silver ini diberikan cuk (jentik nyamuk), Cacing darah dan ulat hongkong.  Pakan untuk indukan dan benh diberikan secara Adlibitum.
3.3.1.4 Bahan Kimia (Pengobatan)
            Pada pemeliharaan ikan arwana silver brazil ini digunakan bahan pegobatan untuk induk  yang terserang penyakit dapat di berikan Oxytetracicline (OTC) dengan dosis 0,03 gr/l, formalin 75% dan garam.. Aadapun spesifikasi dari alat dan bahan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.
3.3.2.      Prosedur Kerja
3.3.2.1. Persiapan Wadah
Untuk menjaga kebersihan wadah dan air, maka wadah pemeliharaan yang digunakan harus dibersihkan secara rutin. Kegiatan ini dilakukan ketika ada wadah yang kotor dan akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya selanjutnya. Wadah tersebut yang digunakan berupa akuarium dan bak beton. Akuarium digunakan untuk pemeliharaan induk dan pemijahan serta untuk pemeliharaan larva dan benih, sedangkan bak beton juga digunakan untuk pemeliharaan induk dan pemijahan induk dan pemeliharaan benih. Sebelum wadah-wadah tersebut digunakan, wadah (akuarium dan bak) tersebut digosok  dengan menggunakan sikat/spon, kemudian dibilas sampai bersih dengan menggunakan selang yang terhubung dengan sumber air hingga sisa kotoran pada wadah tersebut hilang.  (Gambar 2).
                                                                               
         
                                                                                 
Gambar 2. Pembersihan wadah
Wadah yang telah dibersihkan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi air agar organisme  penyebab penyakit tidak tumbuh dan wadah yang akan digunakan juga bisa bersih secara total. Pengeringan wadah ini dilakukan biasanya membutuhkan waktu sekitar 5-24 jam.  Setelah wadah kering maka dilakukan pengisian air pada wadah pemeliharaan agar induk ikan arwana mendapatkan media pemeliharaan yang baru dan mendapatkan kualitas air yang lebih baik. Pengisian air pada wadah pemeliharaan tidak boleh berlebihan karena dapat mempermudah induk arwana dan benihnya untuk melompat dan keluar dari wadah pemeliharaan.  Pengisian air dilakukan berkisar 20-70 cm dari dasar wadah.
 
3.3.2.2. Pengelolaan  Air
Sumber air yang digunakan berasal dari sumur gali dan waduk, dimana air tersebut digunakan namun sebelumnya di tampung pada bak tandon terlebih dahulu. Penampungan air pada tandon dilakukan agar dapat mempermudah dalam pengelolaan air pada pemeliharaan induk agar mudah dalam mengganti air yang berkurang akibat pergantian air. Sumur dan tandon harus selalu dikontrol jangan sampai kering agar kebutuhan air dapat diperoleh dengan baik.
Air yang akan digunakan sebagai media pemeliharaan di dalam bak pemeliharaan ditransfer dari bak tandon. Sebelum air tersebut ditransfer, pompa air/dinamo terlebih dahulu dihubungkan dengan aliran listrik, kemudian dengan bantuan dinamo, air dari dalam sumur akan ditampung di dalam tandon dengan menggunakan pipa. Selanjutnya air yang di ditampung dalam tandon tersebut akan mengalir melalui pipa yang dihubungkan dengan kran air dimana pada kran air dipasangkan selang dan air akan di masukkan ke dalam wadah pemeliharaan yang akan digunakan.
Penyiponan juga harus dilakukan apabila di dasar wadah pemeliharaan terdapat sisa-sisa pakan yang tidak dimakan oleh induk arwana dan kotoran-kotoran lain yang dapat memperburuk kualitas air. Selang sipon dimasukkan di dalam wadah, kemudian kotoran disipon dengan cara menyedot air agar keluar melalui selang (Gambar 3).  Kotoran yang telah mengendap dihisap dengan menggunakan selang. Apabila kotoran telah dihisap, wadah pemeliharaan ditutup kembali dan aerator dipastikan befungsi dengan baik
Gambar 3. Penyiponan pada akuarium pemeliharaan
3.3.2.3.  Seleksi Induk
Penyeleksian calon induk bertujuan untuk mendapatkan induk yang benar-benar berkualitas meliputi seleksi bobot tubuh, ukuran tubuh dan kualitas calon induk. Alat dan bahan yang digunakan untuk sampling induk jantan dan betina terlebih dahulu disiapkan, kemudian induk ditangkap dengan menggunakan seser lalu dimasukkan ke dalam waskom yang berisi larutan phenoxy. Setelah induk mulai tak sadar dilakukan pemeriksaan nomor tagging pada bagian punggung ikan untuk dicatat, kemudian induk ditimbang terlebih dahulu dan diukur panjangnya. Setelah itu ikan di ambil sampel darah (Gambar 4) dengan menggunakan jarum suntik yang sebelumnya di beri heparin sodium, kemudian sampel darah disimpan di dalam tabung tube yang berukuran 5 ml dan dimasukkan kedalam icebox dan di bawa ke laboratorium untuk dilakukan pemisahan plasma darah dengan menggunakan centrifugal dengan kecepatan 10.000 rpm, dengan suhu 4°C selama 10 menit. Plasma darah yang sudah dipisahkan dimasukkan kedalam lemasi es untuk selanjutnya dilakukan proses elektroforesis.

                                     
            a                                              b                                              c
                           
            d                                              e                                              f
                             
            i                                               h                                              g                                                                     
Gambar 4.  Proses pengambilan sampel darah, (a) induk ditangkap dari bak pemeliharaan (b) induk dimasukkan kedalam larutan phenoxy (c) pengecekan nomor tagging (d) penimbangan induk (e) pengukuran induk (f) pengambilan darah (g) pemberian betadine pada induk (h) proses senrifius (i) pengambilan plasma darah.
           
3.3.2.4. Pemeliharaan Calon Induk
            Calon induk yang dipelihara sudah berumur 7-8 tahun.  Bak dibersihkan dengan menggunakan alat penggosok kemudian pipa outlet dan inlet dipasang pada tempat yang telah dibuat terlebih dahulu.  Bak  diisi dengan air tawar jernih hingga ketinggian  60-120 cm.  Aerator dan instalasi penyuplai udara diset kemudian  induk dimasukkan ke dalam bak baik induk jantan maupun betina dilakukan secara massal (Gambar 5).
Gambar 5. Pemeliharaan induk
3.3.2.5. Pemberian Pakan Pada Induk
            Pemberian pakan  pada induk dilakukan dengan cara Adsatation (Sekenyang-kenyangnya) dan Adlibitum yang diberikan secara perlahan pada induk ikan.  Pakan yang diberikan pada induk arwana silver berupa cumi-cumi, ikan selar dan kodok.  Pakan diberikan dengan frekuensi dua hari sekali dan di beri secara perlahan-lahan pada induk.  Hal ini bertujuan untuk melihat respon induk terhadap pakan yang diberikan.  Induk arwana diberi pakan berupa Pakan alami dan pemberian untuk pakan induk arwana dilakukan dua hari sekali.  Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB, sebelum diberi pakan ikan dan cumi-cumi di potong-potong terlebih dahulu.  Pakan yang diberikan pada induk arwana silver (Gambar 6).

                        a                                  b                                  c                     
Gambar 6.  Pakan yang di berikan pada induk ikan arwana Silver a. Cumi-cumi,
       b. Ikan Selar, c. Kodok
3.3.2.6 Pengamatan Kualitas Air Induk
Parameter kualitas air yang biasa diukur adalah suhu dengan menggunakan thermometer, dengan cara mencelupkan kedalam media budidaya, oksigen diukur menggunakan DO meter, dan kemudian untuk mengukur pH digunakan kertas lakmus yang dicelupkan ke air media selanjutnya hasil pencelupan disesuaikan dengan indikator warna, kadar kesadahan diukur dengan menggunakan Test Kit.  (Gambar 7)
A
B
c
d




Gambar 7. (a-b) pengukuran suhu (c-d) pengukuran Do.

3.3.2.7  Pemijahan Induk
Proses pemijahan Ikan Arwana Silver di lakukan pada bak beton dan akuarium dengan perbandingan induk jantan 4 dan induk betina 5 ekor.  Pemijahan  dilakukan secara alami dan dipijahkan secara massal dalam kolam pemeliharaan sekaligus sebagai kolam pemijahan. Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari dengan tingkah laku induk jantan dan betina berenang secara beriringan kemudian induk betina  mengeluarkan telur yang kemudian akan dibuahi oleh induk jantan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Momon dan Hartono (2008), bahwa proses pemijahan diawali dengan induk jantan dan betina yaang berjodoh dan berpasangan berenang dan beriringan menyusuri tepi-tepi kolam.
3.3.2.8 Pengeraman, Pemeliharaan dan Penetasan Telur                  
              Dalam proses pengeraman, pemeliharaan dan penetasan telur air harus selalu terjaga, untuk itu kran air untuk  proses pergantian air  baru.  Air bak di ganti sebanyak 40% dari volume, dengan menyalakan aerator dan instalasi penyuplai udara, induk yang mengerami telur menjadi at larva dalam mulutnya dipelihara seperti halnya pemeliharaan induk.  Induk yang dipelihara di cek kondisi larva yang ada dalam mulutnya sebelum melakukan pemanenan. 
            Telur yang dihasilkan oleh Induk Arwana Silver dari proses pembuahan yang masih berada di dasar kolam akan diambil Induk jantan dan kemudian dierami di dalam mulutnya. Masa pengeraman telur berlangsung ± 55 hari yang dihitung dari masa pembuahan (Susanto 2008). Telur akan menetas menjadi larva kurang lebih selama 15 hari.  Dalam mulut induk  Arwana Silver jantan sebenarnya berlangsung dua fase pertumbuhan yaitu fase pro-larva dan fase post larva. Induk Arwana Silver yang sedang mengerami telur, tubuhnya terlihat kurus karena tidak makan. Perlakuan yang diberikan kepada induk arwana yang sedang mengerami telur yaitu dengan pergantian air setiap hari sebanyak 40 % dari volume awal, bertujuan untuk menjaga air agar tetap baik dan stabil, demi kelangsungan hidup induk selama pengeraman berlangsung.
            Proses pengeraman telur Arwana Silver sekitar ± 40 hari dari masa pembuahan. Namun umumnya arwana mengerami telurnya sekitar 45 hari di masa pembuahan, (Narbuko, 1997). Pengamatan induk untuk mengetahui perkembangan telur. Pengamatan ini dilakukan dengan mematikan sementara sistem aerasi dan pompa filter. Hal ini bertujuan agar air kolam tenang dan memudahkan dalam pengamatan. Pengamatan dilakukan dari atas kolam dengan suasana yang tenang.
3.3.2.9  Pemanenan Larva
Pemanenan larva dapat dilakukan apabila dalam pengamatan sudah terlihat telur telah menetas dengan ciri-ciri dalam mulut induk jantan sudah terlihat adanya larva yang berwarna kehitam-hitaman dan perkiraan umur larva cukup kuat untuk di dipanen. Apabila dari pengamatan dalam mulut induk jantan masih terlihat kuning jingga berarti telur tersebut belum menetas dan belum dapat dipnen (Narbuko, 1997).
            Proses pemanenan di lakukan pada pagi hari dan sore hari. Dengan cara mengurangi volume air 50% dari volume awal, kemudian sistem aerasi dan pompa filter dimatikan agar air kolam menjadi tanang dan mudah untuk mengetahui induk yang sedang membawa larva digiring dengan perlahan kepinggir kolam kemudian ditangkap dengan menggunakan jaring. Induk dipegang dengan menggunakan tangan secara perlahan-lahan untuk membuka mulutnya dan mengeluarkan larva dari dalam mulut dengan digoyang-goyangkan hingga semua larva keluar. Proses pemanenan larva dapat dilihat pada (Gambar 8) di bawah ini.

                        a                                                          b                                 
                        c                                                          d
Gambar 8. Pemanenan Larva, a. Mulut arwana di buka, b. Penghitungan larva,
   c.Larva arwana di tampung dalam plastik, d. Larva diberi aerasi halus.


3.3.2.10    Pemeliharaan Larva
Larva arwana yang baru dipanen belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur yang besar. Kuning telur akan habis pada saat  larva berumur ± 2 bulan dari pengamatan awal saat induk membawa telur. Pakan yang diberikan pada larva yang kuning telurnya habis berupa pakan alami yaitu jentik nyamuk (Culex), ikan seribu (Poecilia reticulate) dan cacing darah (Bloodworm) sehari dengan dosis pemberian pakannya pada waktu (pagi 3,5 gr ikan cere), (siang 4,5 gr Bloodworm) dan malam (2,5 gr Culex). Hal ini sesuai dengan pendapat Daelami (2001), bahwa arwana merupakan ikan karnivora, di alam arwana memakan serangga, ikan kecil, udang, cacing, dan beberapa jenis amfhibi kecil seperti katak. Oleh karena itu pakan hidup merupkan pakan utama bagi arwana, pakan yang diberikan secara adlibitum. Jentik nyamuk (Culex) didapat dengan cara kultur, ikan seribu didapat dengan mencari dikolam empang dan sungai sekitar lokasi kegiatan sehingga sebelum diberikan pada larva ikan seribu dicuci sampai bersih kemudian direndam dahulu menggunakan OTC (Oxytetracyclyn), karena ikan kecil yang ditangkap dari sungai seringkali mengandung penyakit atau bakteri yang berbahaya yang dapat membahayakan larva arwana.
3.3.2.11   Pemberian Pakan Larva
Larva arwana yang baru dipanen belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur yang besar. Kuning telur akan habis pada saat  larva berumur ± 2 bulan dari pengamatan awal saat induk membawa telur. Pakan yang diberikan pada larva yang kuning telurnya habis berupa pakan alami yaitu jentik nyamuk (Culex), ikan seribu (Poecilia reticulate) dan cacing darah (Bloodworm) sehari dengan dosis pemberian pakannya pada waktu (pagi 3,5 gr ikan cere), (siang 4,5 gr Bloodworm) dan malam (2,5 gr Culex).  Hal ini sesuai dengan pendapat Daelami (2001), bahwa arwana merupakan ikan karnivora, di alam arwana memakan serangga, ikan kecil, udang, cacing, dan beberapa jenis amfhibi kecil seperti katak. Oleh karena itu pakan hidup merupkan pakan utama bagi arwana, pakan yang diberikan secara adlibitum. Jentik nyamuk (Culex) didapat dengan cara kultur, ikan seribu didapat dengan mencari dikolam empang dan sungai sekitar lokasi kegiatan sehingga sebelum diberikan pada larva ikan seribu dicuci sampai bersih kemudian direndam dahulu menggunakan OTC (Oxytetracyclyn), karena ikan kecil yang ditangkap dari sungai seringkali mengandung penyakit atau bakteri yang berbahaya yang dapat membahayakan larva arwana.
3.3.2.10 Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih dilakukan pada akuarium 80 x 40 x 40 cm dengan padat tebar 10 ekor per akuarium dengan ukuran 5-7 cm waktu pemeliharaan 7 minggu. Perawatan benih arwana pada dasarnya sama dengan perawatan pada fase larva, namun saat benih mencapai umur sekitar 5 bulan mulai dipisahkan dari lainnya, karena pertumbuhan benih tidak merata, oleh karena itu dipisahkan dimasing-masing akuarium yang berbeda dan menurut ukurannya. Penggantian air akuarium dilakukan tiga kali sehari sebelum pemberian pakan, tujuan nya untuk membuang sisa pakan yang berbeda di dasar akuarium bila tidak di bersihkan akan terjadi penumpukan sisa pakan dan mempengaruhi kualitas airdan  kelangsungan hidup benih (Iskandar, 2003).

3.3.2.11 Pemberian Pakan Benih    
Pakan untuk benih arwana 5-7 cm, berupa jentik nyamuk (Culex) dan cacing darah ( bloodworm), karena kandungan protein kedua pakan alami tersebut sangat besar terutama bloodworm, sedangkan untuk benih arana 8-10 cm, jenis pakannya berupa jangkrik dan ikn seribu dapt dlihat pada tabel  (Tabel 9) di bawah ini.
Tabel 1. Frekuensi pemberian pakan pada induk.
No.
Benih
Jenis Pakan
Dosis
Waktu pemberian pakan
Jumlah Pemberian
1.
Benih 5-7 cm
Jentik nyamuk
-
1 hari 3 kali

Adlibitum


Cacing darah

1 hari 3 kali
Adlibitum
2.
Benih 8-10 cm
Jangkrik
2-3 ekor/benih

1 hari 2 kali
Adlibitum
3.
Benih 5-7 cm
Ulat hongkong
3-4 ekor
1 hari sekali
Adlibitum

                                                                               




          
                        a                                              b                                  c
Gambar 9.  Pakan Larva, (a) Ulat Hongkong, (b) Cacing darah
        (Bloodworm), (c) Jentik nyamuk (Culex).
                                
3.3.2.12. Pemasangan Microchip
`           Untuk pemasangan mikrochip pada benih arwana, pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Benih ikan arwana yang beumur satu tahun dimasukkan kedalam air dengan volume 20 L yang telah tercampur dengan larutan phenoxy, setelah ikan sudah tak sadar Ikan di ambil sampel darahnya, setlah itu di suntikkan mikrochip di bagian punggung ikan.  Setelah mikrochip masuk, dipastikan bahwa no tag dapat terbaca dengan menggunakan tagrader.(Gambar 10 )
                         
                         a                                                         b
               
                         c                                                                     d
Gambar 10. (a) benih arwana (b) nomor chip (c) pemasukan chip pada
jarum suntik (d) pemasukan nomor chip pada tubuh arwana. 
                                
3.3.3        Penanganan Penyakit
Penanganan penyakit pada induk arwana yang terserana jamur dapat di obati dengan menggunakan OTC (Oxytetracycline). Pertama-tama ikan yang terserang jamur disimpan pada akuarium yang telah terisi air, kemudian timbanglah OTC (Oxytetracycline) dengan dosis 0,03 gr/l.  OTC  yang telah di timbang dimasukan pada Waskom kecil yang berisi air dan aduk hingga larut, setelah itu masukkan pada wadah akuarium ikan yang terserang jamur.
(Gambar 11).
Penentuan jumlah kebutuhan OTC (Oxytetracycline) ditentukan dengan formula :
Kebutuhan OTC (gr) = Volume Bak (L) x 0,03 g/l.



            a                                  b                                              c
             
              d                                                                    e 
Gambar 11. (a) Oxytetracycline, (b) Penimbangan OTC (c) Ikan yang terserang
                      jamur (d) Pegadukan OTC  (e) Pemberian  OTC pada induk arwana.













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

4.1.1. Pengelolaan Induk
             
4.1.1.1. Seleksi Induk
              Selama mengikuti kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok diperoleh hasil penyamplingan calon induk  jenis ikan arwana silver Brasil yang berjumlah 9 ekor dengan perbandingan 4 jantan dan 5 betina. Seleksi induk dilakukan dengan pengecekan nomor tagging Tabel 2 dan pengambilan sampel darah kemudian dianalisis dengan metode elektroforesis. 
Tabel 2. Hasil Tagging Arwana Silver (Osteoglossum bicchirhossum)                
No
Kode Tagging
Panjang standar
(cm)
Panjang tubuh
(cm)
Berat badan
(g)
Jenis Kelamin
1.
7109
54
54
1373
Betina
2.
7117
56
62
1445
Betina
3.
7212
58
62
1591
Betina
4.
7053
55
61
1320
Jantan
5.
7006
57
63
1350
Jantan
6.
7156
59
65
1545
Jantan
7.
7064
62
68
1849
Jantan
8.
7069
58
64
1425
Betina
9.
6520
54
59
1208
Betina
Rata-rata ± SD
57±2,60
62±3,94
1456±187,02


4.1.1.2. Pakan Induk Dan Larva
Induk arwana diberi pakan berupa pakan alami dengan frekuensi pemberian dua hari sekali, yaitu pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Sebelum diberikan, pakan ikan dan cumi-cumi di potong-potong terlebih dahulu.  Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum sampai ikan arwana tersebut tidak mau lagi menangkap pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan untuk larva ikan arwana ini diberi pakan 3 kalisehari, pemberian secara adlibitum.  Adapun jenis, dosis dan frekuensi pemberian pakan pada induk dan larva (Tabel 3) dan Tabel 4).
Tabel 3. Jenis, Dosis dan Frekuensi Pemberian Pakan Induk Arwana Silver
Jenis pakan
Dosis pemberian
Frekuensi pemberian

Ikan selar
Adlibitum
2 hari sekali

Kodok muda
Adlibitum
2 hari sekali

Cumi
Adlibitum
2 hari sekali

Tabel 4. Jenis dan Kandungan Nutrisi Pakan Larva
                     
Jenis pakan
Kandungan protein (%)
Kandungan lemak (%)
Blood worm
50,60
2,86
Culex
9,17
3,01
Ikan seribu
16-24
0,1-2,2

4.1.2. Penanganan Larva
            Jumlah larva yang dihasilkan induk arwana silver dari hasil pengeraman rata-rata relatif beragamdengan rata-rata 60 ± 32 ekor.  (Tabel 15).
Tabel 5. Jumlah Larva yang Dihasilkan oleh Induk Arwana Silver Brasil

No
Bulan/tahun
Jumlah induk yang mengerami telur (ekor)
Nomor tagging
Jumlah Larva (ekor)
1.
Desember, 2008
1
No tagging
17
2.
Maret, 2009
1
IB0B007006
48
3.
April, 2009
3
No tagging
43



IB0B007156
54



IB0B007053
63
4.
Juni, 2009
1
IB0B007064
107
5.
Juli, 2009
1
IB0B007006
55
6.
Agustus, 2009
1
IB0B007156
49
7.
Desember, 2009
2
No tagging
68



IB0B001764
125
8.
Januari, 2010
1
IB0B007006
27

Rata-rata ± SD


60 ± 32
Sumber: Data pengeraman induk arwana di BRBIH Depok

4.1.3 Perkembangan Larva
            Rata-rata pertumbuhan larva berbanding tebalik dengan ukuran kuning telur, dilihat dari perkembangan larva tersebut semakin hari cadangan makanan atau kuning telur semakin habis dan pertumbuhan larva semakin maningkat (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan Larva yang Masih Mengandung Kuning
               Telur
Sampling
Panjang total
(cm)
Panjang badan
(cm)
Panjang telur
(cm)
Lebar telur
(cm)
Berat larva
(gr)
Berat larva
(gr)
I
5,8
5,1
0,9
0,6
2,2
2
II
11,1
6,7
0,3
0,2
3,3
1

4.1.4. Paramerer Kualitas Air
4.1.4.1 Kualitas Air Induk
              Tabel 7 berikut merupakan hasil parameter data kualitas air untuk induk yang ada di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa-Barat.
Tabel 7. Parameter Kualitas Air untuk Induk Arwana Silver
Kode sampel
Suhu
(oC)
pH
NH3
(ppm)
DO (ppm)
A
27
7
0,0020
4,24
B
26
7
0,0003
4,24
C
          27
7,5
0,0010
3,53
D
27
7,5
0,0012
3,53
E
27
7
0,0038
4,24
F
28
7,5
0,0039
3,53
G
27
7,5
0,0008
3,53
Rata-rata
27
7
0,0018
3,83
Kisaran yang ditolenir
(a)   26-29
(b)   6,3-7,4
(c)    0,26-2,99
(d)   6,50
Tabel 7. (a) Iskandar 2003, (b) Hartono 2003, (c) Mahmud 2011, (d) Daelani
              2001.
4.1.4.2 Kualitas Air Benih
            Pengamatan parameter kualitas air untuk pemeliharaan benih, meliputi suhu, DO, pH, dan amoniak disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Parameter Kualitas Air untuk Benih
Parameter
Air media pemeliharaan
Pustaka/BRBIH
Suhu oC
27-29 oC
Iskandar (2003)
Suhu oC
27-29 oC
Sumber BRBIH, Depok
DO(mg/l)
6,5
Daelani (2001)
DO(mg/l)
6,2
Sumber BRBIH, Depok
pH
6,3-7,4
Hartono (2003)
pH
6,2-7,0
Sumber BRBIH, Depok
Amoniak
0,26-2,99 ppm
Mahmud (2001)
Amoniak
0,22-2,92 ppm
Sumber BRBIH, Depok
Sumber: Data kualitas air benih arwana di BRBIH Depok

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengelolaan Induk
4.2.1.1. Seleksi Induk
              Induk yang terdapat pada BRBIH, Depok berasal dari tangkapan alam yang kemudian ditangkar dan dipelihara dalam kolam. Induk didapat dari daerah asalnya, yaitu daerah Kalimantan.  Induk diseleksi tujuan mendapatkan induk yang baik.  Penentuan jenis kelamin ikan arwana sampai saat ini masih belum bisa ditentukan secara pasti.  Penentuan jenis kelamin sampai saat ini hanya dilakukan dengan perkiraan yaitu melihat ciri-ciri yang tampak.  Ciri-ciri fisik tersebut yaitu untuk betina badan lebih gemuk dan pendek, mulut lebih kecil, sedangkan jantan badan ramping dan panjang, mulut lebih besar karena digunakan untuk mengerami telur. 
            Penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel darah kemudian dianalisis dengan metode elektroforesis dan hasilnya disebut sebagai data hasil tagging (Tabel 2).  Alasan untuk pengambilan sampel darah tujuannya untuk lebih jelas dan menentukan jenis kelamin.  Cara pengambilan sampel darah bisa dari dua sisi yang berbeda yaitu dari bagian ekor (Caudal), karena dari dua sisi ini sangat dekat dengan saluran peredaran darah.  Ha ini sesuai dengan pendapat (Momon dan Hartono, 2008), bahwa  Perbedaan sampel darah jantan dan betina bisa dilihat dari kekentalan darahnya, untuk sampel darah jantan berwarna merah dan sedikit kehitaman sedangkan sampel darah beina berwarna merah dan sedikit lebih kental. Perbedaan kedua sampel tersebut bisa jadi patokan membandingkan jantan dan betina, juga bisa melihat kematangan gonadnya.
4.2.1.2. Pakan Induk
            Pemberian pakan pada induk bertujuan untuk mempercepat kematangan gonad dan mempercepat proses pemijahan.  Jenis pakan induk untuk arwana berupa ikan selar (Selar crumenophthalmus), cumi dan kodok (Bufoasfer gravenhorst).  Pakan ini diberikan karena selar memiliki kandungan protein yang tinggi.  Pemberian ikan selar dan cumi dapat mempercepat matang gonad, sehingga dapat mempercepat proses pemijahan.  Periode pemberian pakan 2 hari sekali karena gerakan ikan arwana yang lambat sehingga ikan arwana tidak memerlukan energi lebih banyak (tabel 3).  Hal ini sesuai dengan dengan pendapat Susanto (2004) yang menyatakan bahwa secara umum arwana dengan ukuran panjang tubuh diatas 35 cm dapat diberikan pakan sehari sekali atau setiap dua hari sekali.  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BRBIH Depok, pemberian pakan untuk induk yang diberikan dua hari sekali lebih efektif dan lebih baik dari pada pemberian pakan sehari 2 kali.  Ikan arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder) sehingga pemberian pakannya tidak boleh sampai tenggelam di dasar bak dan membusuk sehingga dapat mempengaruhi kualitas air dalam bak.  Kandungan gizi pakan diketahui dengan analisa proksimat. Komposisi proksimat cumu-cumi segar yaitu kadar air 84.84%, kadar abu 0,86%, kadar protein 20,68%, dan kadar lemak 0.16% (Murtini dan Kusmarwati 2006). Kandungan kimia ikan selar dalam basis basah yaitu air 75.71%, abu 2.31%, protein 15,61% dan lemak 2,94% ( Hidayat 2005).
4.2.2  Penanganan Larva dan Benih
Penanganan larva apabila induk telah mengeluarkan larva dari mulutnya, maka larva ikan arwana silver diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45 x 45 x 90 cm. temperature air 27-29oC menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/I) menggunakan aerator bukaan kecil. Untuk mencegah infeksi akibat penanganan, larva ikan arwana silver diberi larutan Acriflavine ppm.  Dengan menggunakan teknik pembenihan invitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan arwana silver dapat berenang adalah 90-100%.  Selama periode inkubasi, larva ikan arwana silver tidak perlu diberikan pakan (Anonim, 2008).  Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva ikan arwana silver hampir selalu berada pada dasar akuarium.
      Saat masih berada pada fase pro-larva, ikan arwana masih memiliki kuning telur yang menempel pada tubuhnya. Pada waktu ini, larva tidak memerlukan makanan tambahan dari luar tubuh.

4.2.2.1.  Pertumbuhan
Larva arwana yang diamati pertumbuhannya adalah larva yang masih mengandung kuning telur (pro-larva).  Larva yang masih mengandung kuning telur (Tabel 6) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.  Hal ini di sesuaikan dengan pendapat (Momon, 2008) dimana rata-rata pertumbuhan yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin besar ukuran (panjang) larva semakin kecil ukuran (panjang dan lebar) telurnya.  Hal ini disebabkan karena telur yang ada digunakan sebagai sumber cadangan makanan bagi larva karena pada fase tersebut larva belum diberikan pakan dari luar.  Saat masih berada pada fase pro-larva, ikan arwana masih memiliki kuning telur yang menempel pada tubuhnya. Pada waktu ini, larva tidak memerlukan makanan tambahan dari luar tubuh.

4.2.2.2  Pakan untuk Larva dan Benih
   Larva arwana yang baru dipanen belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur yang besar.  Kuning telur akan habis pada saat larva berumur kurang lebih 2 bulan dari pengamatan awal saat induk membawa telur   Pada fase ini, anakan arwana sudah dinamakan benih.  Benih arwana membutuhkan tambahan pakan dari luar tubuh. Pemberian pakan dimulai satu minggu setelah cadangan makanan habis. Benih diberi pakan berupa ikan kecil atau udang masih kecil dengan ukuran 1 – 2 cm. Pakan yang diberikan terhadap arwana sebaiknya pakan alami karena arwana  tidak menyukai pakan buatan. Pakan buatan dapat memberikan dampak yang kurang  baik bagi penampilan maupun lingkungan hidup arwana.  Air kolam dapat berubah  warna menjadi keruh akibat pakan buatan yang diberikan (Hartono, 2007).

4.2.2.3 Pemasangan Mikrochip
Pemasangan microchip berguna untuk mengetahui informasi (identitas) tentang ikan arwana.  Kegiatan ini dilakukan dengan cara penyuntikan pada bagian punggung ikan.  Setelah itu diberikan Povidon iodin 10 % diberikan di punggung tempat pemasangan microchip tersebut.  Setelah pemasangannya selesai selanjutnya ikan dimasukkan kedalam wadah berisi air yang diberi aerasi hingga keadaan ikan kembali normal.  Setelah itu ikan dikembalikan kedalam kolam dengan menggunakan plastik.

4.2.3. Parameter Kualitas Air
4.2.3.1 Parameter Kualitas Air Induk
Air merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi warna dan kesehatan ikan arwana sehingga warna tubuhnya bisa semakin menarik.  Kualitas air harus tetap dikontrol dan dijaga agar tetap dalam keadaan optimum untuk pertumbuhan.   
Secara umum terlihat bahwa kisaran parameter kualitas air meliputi suhu, pH, kadar amoniak, dan kadar oksigen terlarut (DO) yang didapatkan berada pada batas yang layak untuk pemeliharaan induk (Tabel 7).  Seperti suhu yaitu berkisar 26 - 28oC, dimana kisaran tersebut berada pada batas kisaran yang dapat ditolerir oleh induk arwana yaitu 26 - 29oC  (Iskandar, 2003).
              Derajat keasaman (pH) yang didapatkan dalam media pemeliharaan induk yaitu berkisar antara 7 – 7,5.  Kisaran tersebut berada pada kondisi yang dapat ditolerir oleh arwana berdasarkan  Hartono (2003) yaitu antara 6,3 – 7,4.  Selanjutnya Anonim (2009) menyatakan bahwa kisaran pH sekitar netral merupakan  kisaran pH yang sangat ideal untuk pemeliharaan induk arwana terutama arwana jenis silver.  Hal ini disebabkan karena optimalisasi zat guanin dalam mempengaruhi ekspresi warna silver pada ikan sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan, dimana pada pH netral menyebabkan warna semakin cemerlang, sedangkan pada pH rendah (asam) menyebabkan warna akan menjadi kotor dan buram. 
              Kadar oksigen terlarut yang didapatkan relatif rendah yaitu berkisar 3,53 – 4,24 ppm.  Kisaran tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pernyataan Daelani (2001) yaitu sekitar 6,5 ppm.  Namun kisaran yang didapatkan tersebut masih layak dan dapat ditolerir oleh induk arwana, sebagaimana pendapat Anonim (2009) yang menyatakan bahwa arwana merupakan jenis ikan yang hidup dipermukaan air sehingga sering mengambil oksigen langsung ke udara bebas.
              Kadar amoniak yang didapatkan berkisar 0,0003 – 0,0039 ppm.  Kisaran tersebut sangat baik karena berada di bawah standar nilai pustaka menurut Mahmud (2001) yaitu 0,26-2,99 ppm.  Sementara menurut Wardoyo (1975)
bahwa kadar amoniak yang dapat ditolerir oleh organisme perairan tidak lebih dari 1 ppm.
4.2.3.1 Parameter Kualitas Air Benih
   Data kualitas air terdapat pada (Tabel 8) menurut pustaka ternyata tidak jauh  berbeda  dengan pengukuran di BRBIH, Depok.  Dari data kualitas air diatas selama pemeliharaan 7 minggu didapatkan SR 100% dengan ukuran rata-rata benih 5-7 cm, hasil ini sangat baik untuk pertumbuhan Arwana Silver, mungkin kondisi ini sangat mendukung keberhasilan pemeliharaan benih Arwana, karena sesuai dengan kondisi arwana menyukai suhhu 27 – 29 oC, pH 6,2 – 7,0 kondisi ini sudah sesuai untuk benih arwana dengan pH netral atau tidak sedikit asam.  DO media pada benih arwana 6,2, kondisi ini sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh arwana karena kandungan oksigen terlarutnya tidak terlalu rendah. Amoniaknya tidak terlalu tinggi yaitu antara 0,22 – 2,92 ppm sesuai untuk pemeliharaan benih Arwana. 
              Pemeliharaan benih dilakukan dengan padat tebar perakuarium 10 ekor dengan ukuran 5-7 cm waktu pemeliharaan 7 minggu.   Perawatan benih pada arwana pada dasarnya sama dengan perawatan pada fase larva, namun pada saat benih mencapai umur sekitar 5 bulan mulai dipisahkan dari benih lainnya, karena pertumbuhan benih tidak merata, oleh karena itu dipisahkan dimasing-masing akuarium yang berbeda dan menurut ukurannya. 
              Pergantian air akuarium dilakukan sekali sehari pada saat sebelum pemberian pakan, tujuannya untuk membuang sisa pakan yang berada di dasar akuarium bila tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan sisa pakan dan akan mempengaruhi kualitas air dan kelangsungan hidup benih (Iskandar, 2003).




















 V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1   Kesimpulan
ü  Pembenihan ikan arwana silver di Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, menggunakan induk yang berusia 7-8 tahun berjumlah 9 ekor dan perbandingan 4 jantan dan 5 betina.
ü  Pengambilan sampel darah berguna untuk berbagai analisa berbagai macam analisa diantaranya untuk analisa kandungan vitallogenin, hormone estradiol dan 11-ketotestoteron.
ü   

5.2.  Saran
Dalam kegiatan pembenihan Ikan Hias Arwana Silver di BRBIH Depok perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Pengontrolan kualitas air yang lebih teratur lagi untuk mrnjaga agar kualitas airnya tetap baik sehingga ikan tidak mudah terserang penyakit.
2.      Seleksi induk untuk induk yang baru didatangkan sehingga dapat diketahui induk yang masih dapat bereproduksi dengan baik.
3.      Penyediaan pakan perlu ditingkatkan lagi agar produksi Arwana terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Apin. 2003. Prospek Pengembangan Ikan Hias Arwana, Penebar Swadaya. Bogor
            2004. Pengembangan Ikan Hias Arwana, Penerbit Agromedia. Surabaya

Bachtiar, Y. 2003. Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.

Daelami.  2001.  Agar Sehat Dan Gesit, Arwana Perlu Pakan Alami.  Cetakan I Agromedia Pustaka.  Jakarta.

Effendi. 2004. Panduan Memelihara Arwana. Agromedia . Bandung

Bagus H dan Wibawa A. 2009. Buku Pintar Memilih & Merawat Arwana. Cet. Pertama.  Agromedia Pustaka. Jakarta.

Heru. 2004. Frekuensi Pemberian Pakan Pada Arwana. Penerbit Agromedia Bandung.

Hidayat T.  2005.  Pembuatan hidrolisat protein dari ikan selar kuning (Caranx leptosis) dengan menggunakan enzim papain [Skripsi].  Bogor: Fakultas Perikanan ban Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Iskandar.  2003.  Penerapan Suhu Pada Arwana. Agromedia. Jakarta.
            2004.  Perlakuan Suhu Pada Arwana.  Agromedia.  Jakarta.

Lesmana, D.S. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Panebar Swadaya. Jakarta.
 2007. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya: Jakarta.
Momon dan R. Hartono.  2008.  Pembenihan Arwana.  Panebar Swadaya.  Jakarta.

Narbuko.  1997.  Metode Penelitian Telur Arwana. Bumi Aksara, Jakarta.  139 hal.

Susanto.  2004. Arwana.  Panebar Swadaya. Jakarta
                2008.  Pembenihan Arwana.  Panebar Swadaya.  Jakarta.












 












Struktur Organisasi Balai



Peta Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok







Alat-alat yang Digunakan untuk Seleksi Induk
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Tag reader
-
Tagging ikan
2.
Baskom
Kapasitas 60 L
Wadah seleksi induk
3.
Kantong packing
-
Menampung induk
4.
Tissue
-
Membersihkan kotoran
5.
Jarum suntik/spuit
2 cc
Mengambil darah induk
6.
Box es
-
Wadah untuk  effendrof
7.
Tabung effendorf
-
Wadah untuk darah induk
8.
Timbangan
10 kg
Menimbang induk
9.
Seser
-
Menangkap induk
10.
Talenan
-
Wadah untuk menimbang
11.
Mistar
100 cm
Mengukur panjang
12.
Handuk
-
Menutup mata induk
13.
Cerek
2 L
Mengukur air
14.
Alat tulis menulis
-
Mencatat data tagging

Alat untuk Pemeliharaan, Pemijahan, Pengeraman, dan Penetasan Telur
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Bak beton
500 x 250 x 250 cm
Menampung induk
2.
Jaring besi

Menutup bak
3.
Pompa
-
Memompa air
4.
Aerasi
-
Menyuplai O2





Alat untuk Pemanenan Larva
No
Nama alat                           Spesifikasi
Kegunaan
1.
Kaos tangan
-
Pelindung tangan
2.
Baskom
60 L
Wadah larva
3.
Kantong packing
-
Penampungan larva
4.
Perlengkapan aerasi
-
Menyuplai O2
5.
Seser
-
Menyerok larva

Alat untuk Pemeliharaan Larva
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Akuarium
80 x 40 x 40
Wadah untuk  larva
2.
Perlengkapan aerasi
-
Menyuplai O2
3.
Selang
-
Meyipon
4.
Seser
-
Menyerok larva
Tabel 5. Alat untuk Pemeliharaan Benih
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Akuarium
80 x 40 x 40
Wadah untuk  larva
2.
Perlengkapan aerasi
-
Menyuplai O2
3.
Selang
-
Meyipon
4.
Seser
-
Menyerok benih
Alat untuk Mengukur Kualitas Air
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Bak
500 x 250 x 250 cm
Wadah untuk  induk
2.
Botol

Mengisi air sampel
3.
Talenan
-
Wadah menyusun botol
4.
Alat tulis
-
Mencatat data
5.
Thermometer
-
Mengukur suhu
6.
Do meter
-
Mengukur O2 terlarut

 Alat untuk Penanganan Hama dan Penyakit
No
Nama alat
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Bak
80 x 40 x 40 cm
Wadah untuk  ikan sakit
2.
Pingset
-
Mengambil kutu jarum
3.
Talenan
-
Wadah arwana
4.
Botol
-
Wadah untuk hama
5.
Gunting
-
Menggunting bagian sirip
            Dalam kegiatan pembenihan, dibutuhkan bahan-bahan yang sangat menunjang keberhasilan dari pada kegiatan tersebut. Bahan-bahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembenihan arwana  ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Bahan-bahan yang Digunakan dalam Pembenihan Ikan Hias Arwana Silver Brasil
No
Nama bahan
Spesifikasi
Kegunaan
1.
Induk betina
5 ekor
Untuk produksi benih
2.
Induk jantan
4 ekor
Untuk produksi benih
3.
Pakan (kodok, cumi,
ikan selar, cacing sutra, Jentik nyamuk)
-

Pakan induk, benih,  dan larva
4.
Es Kristal
-
Penyimpanan Sampel darah
5.
Penoxy
-
Cairan yang digunakan agar ikan tak sadar
6.
Tabung O2
-
Mengukur O2 terlarut
7.
Obat merah/betadine
-
Mengobati bekas suntik
8.
Heparium sodium
-
Mencegah darah menggumpal
9.
O2
-
Menyuplai udara
10.
Vitamin E
-
Merangsang kematangan gonad induk arwana






 Hasil Tagging  Arwana Silver (Osteoglossum bicchirhossum)
No
Kode Taggin
Panjang standar
(cm)
Panjang tubuh
(cm)
Berat badan
(gr)
1.
7109
54
54,5
1373
2.
7117
56
62
1445
3.
7212
58
62,5
1591
4.
7053
55
61
1320
5.
7006
57
63,5
1350,5
6.
7156
59
65
1545
7.
7064
62
68
1849
8.
7069
58,5
64
1425
9.
6520
54
59
1208





 Rata-rata Pertumbuhan Larva Arwana Silver
Sampling
Panjang total (cm)
Panjang badan (cm)
Berat larva (gr)
Panjam telur (cm)
Lebar telur (cm)
Berat telur (gr)
Berat total (gr)
I
5,8
5,1
1,8
0,9
0,6
0,4
2,2
II
11,1
6,7
0,8
0,3
0,2
0,2
1

Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Arwana
              Survival rate (derajat kelangsungan hidup larva)
              SR =  Nt x 100%                 
 No
=  49 x 100%                
49
= 100%

Keterangan :
Nt : Jumlah akhir larva
No : Jumlah awal larva

Rumus Perhitungan untuk OTC (Oxytetracyclin) Penanganan Ikan yang Sakit
Dik: akuarium
P: 80 cm
T air : 25 cm
L : 40cm
   8000   = 80 liter
   1000
Dosis 0,03 ppm
80 X 0,03 = 2,4 gram















Tidak ada komentar: